Rabu, 26 Oktober 2011

Portunidae, one step closer

Siapa yang ndak kenal rajungan? atau kepiting bakau? atau kepiting Tarakan? Hampir semua orang pasti kenal item-item tersebut, yang biasanya jadi menu wajib warung sari laut (seafood) dengan rasa yang yahud dan harga yang lumayan agak mahal (apalagi buat kantong mahasiswa, hehehehe).
Yup, memang ada korelasi antara warung sari laut dengan Crustacea famili Portunidae; tepatnya adalah bahwa kepiting anggota famili Portunidae itu yang jadi korban di warung-warung tersebut. Setidaknya ada 10 jenis kepiting Portunid yang bisa dan layak untuk kita makan, meskipun yang umum dijual hanya 4 atau 5 jenis saja.
Portunidae mencakup jenis-jenis kepiting dengan bentuk karapas heksagonal (kadang agak membulat), permukaan dorsal relatif datar atau sedikit cembung, biasanya dengan granula-granula kecil atau ridge; tepi muka biasanya ada banyak gerigi; sisi anterolateral dengan 5 - 9 gigi; sepasang kaki belakang termodifikasi menjadi bentuk dayung (gepeng); segmen ke-3 hingga ke-5 pada abdomen jantan saling menyatu (fused). Biar ada gambaran, berikut adalah bentuk umum dari Portunidae.



Di Indonesia (dan Asia Pasifik) setidaknya ada 18 jenis kepiting Portunid yang umum dikonsumsi, diantaranya adalah Portunus pelagicus, P. sanguinolentus, P. trituberculatus, Podophthalmus vigil, Ovalipes punctatus, Scylla serrata, S. olivacea, S. paramamosain, S. tranquebarica, Charybdis natator, C. truncata, C. feriatus, C. anisodon, Thalamita crenata dan T. spinimana. Tulisan ini tidak mendeskripsikan semua jenis tersebut, hanya beberapa yang umum dijumpai.
Untuk membedakan antara genus Portunus, Charybdis, Thalamita, Podophthalmus, Ovalipes dan Scylla cukup mudah. Portunus punya 9 duri anterolateral dimana duri kesembilan ukurannya sangat besar dan panjang. Charybdis dengan 6 - 7 duri anterolateral dan muka yang agak lebar, Thalamita punya 5 duri anterolateral dan muka yang lebih lebar daripada Charybdis, Scylla ada 9 duri anterolateral yang ukurannya hampir sama besar, Podophthalmus ada dua duri anterolateral sedangkan Ovalipes dengan 5 duri anterolateral dan karapas yang membulat. 

1. Portunus pelagicus (rajungan bulan)
Termasuk jenis yang paling umum; individu jantan dengan warna dasar biru sedangkan betina hijau. Muka dengan 4 gigi, tepi dalam merus pada cheliped dengan 3 duri.

P. pelagicus jantan

P. pelagicus betina

2. Portunus sanguinolentus
Mudah dikenali berkat adanya tiga totol gelap pada karapas.



3. Podophthalmus vigil
Jenis ini juga mudah dikenali. Warna dasar hijau kotor; tangkai mata sangat panjang.



4. Charybdis feriatus
Karakter yang mudah dilihat adalah adanya tanda salib pada karapas.



5. Charybdis hellerii
Jenis ini agak jarang ditemukan, biasanya disekitar terumbu karang.



6. Charybdis affinis



7. Charybdis anisodon
 Tepi anterior merus pada cheliped dengan dua buah duri.



8. Charybdis truncata
Tepi posterior karapas membentuk sudut yang hampir siku-siku dengan tepi anterolateral.



9. Thalamita crenata
 Segmen basal antena halus atau dengan granula-granula.



10. Thalamita spinimana
 Segmen basal antena berduri



11. Scylla paramamosain (kepiting bakau)

Termasuk jenis Scylla yang paling umum, tepi luar carpus pada cheliped hanya punya 1 granula, muka (frontal margin) dengan gigi-gigi tajam. Cheliped punya pola totol-totol kuning atau orange.


 

12. Scylla olivacea (kepiting bakau)
Mirip dengan S. paramamosain tetapi dengan frontal margin yang bergigi tumpul.



13. Scylla serrata (kepiting bakau)
Tepi luar carpus pada cheliped dengan dua granula tajam seperti duri. Cheliped berwarna hijau sampai keunguan dan punya pola totol-totol. Frontalmargin bergigi tajam. Karapas hijau atau zaitun. Kaki belakang bertotol-totol baik pada jantan maupun betina.




Nah, itu tadi sedikit gambaran tentang kepiting Portunid yang umum dimakan dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi (kecuali Charybdis yang biasanya harganya lebih murah). So, sebelum memakannya, ndak ada salahnya bila Anda mencoba mengenali lebih dekat menu kepiting yang tersaji di depan Anda. Selamat mencoba.....

Selasa, 04 Oktober 2011

Sacoglossa: the solar-powered sea slug

Sebagian besar dari Anda pastinya sudah cukup familiar dengan Nudibranchia, atau minim sudah pernah dengar lah; tapi bisa jadi belum cukup banyak yang tahu tentang Sacoglossa. Sama halnya dengan Nudibranchia, ordo Sacoglossa termasuk anggota kelas Opisthobranchia, dimana sebagian besar siput laut anggota kelas ini tidak memiliki cangkang atau istilah kerennya "telanjang".
Lalu kenapa Sacoglossa sampai mendapat sebutan "solar-powered sea slug"? Tak lain karena kebiasaan makanan (food habits) dan kebiasaan cara makan (feeding habit) yang unik dari siput ini. Sebagian besar Sacoglossa adalah herbivor, menghisap dan mencerna konten internal dari alga sehingga disebut juga "sap-sucking sea slug". Sacoglossa dapat menghisap kloroplas alga dan menyimpan kloroplas tersebut hidup-hidup dalam tubuhnya untuk waktu beberapa jam atau bahkan berbulan-bulan. Sel kloroplas hidup ini masih dapat berfotosintesis dan si Sacoglossa inangnya mampu mengasimilasi produk fotosintesis tersebut. Beberapa spesies Sacoglossa bahkan mampu tetap hidup tanpa makan selama beberapa lama, hanya mengandalkan produk fotosintesis dari kloroplas; oleh karena itu sebutan "solar-powered sea slug" pun disematkan pada siput laut yang ukurannya mini ini.

 Elysia ornata, salah satu dari "the solar-powered sea slug"

Proses tersebut dikenal dengan istilah "kleptoplasty", dan bagaimana mekanismenya terjadi masih memerlukan penelitian yang mendalam; mengingat bahwa penyimpanan kloroplas memerlukan interaksi dengan gen-gen yang dikode oleh nukleus sang alga yang dihisap plastidanya. Hal lain yang belum terpecahkan adalah bagaimana mekanisme yang terjadi sehingga kloroplas tidak ikut tercerna; dan bagaimana kloroplas mampu beradaptasi dalam sel tubuh hewan yang tak memiliki membran yang mampu mengontrol lingkungannya seperti halnya saat berada dalam tubuh alga.

 Thuridilla lineolata, jenis Sacoglossa berwarna menarik

Di sekitar pesisir Jawa sendiri Sacoglossa cukup mudah ditemukan, meskipun terkadang terkamuflase dengan baik dengan lingkungan sekitarnya, apalagi ukurannya yang relatif kecil. Biasanya yang umum dijumpai adalah genus Thuridilla dan Elysia, keduanya dari famili Elysiidae (Placobranchidae). So, bila suatu saat Anda jalan-jalan di pantai yang banyak rubble dan alganya, dan kebetulan ketemu sama si mungil ini; jangan lupa untuk ingat betapa makhluk sebesar korek api yang tampak tak berdaya ini dapat memiliki kemampuan luar biasa yang mampu memanipulasi sel tumbuhan menjadi "pembangkit listrik" di tubuhnya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger