Rabu, 28 September 2011

Makrofauna Bentik Pantai Berbatu Balekambang - Malang Selatan

Sebetulnya ini merupakan catatan lama, sekitar akhir 2008; tapi saya kira ndak ada salahnya kalo di-share disini, siapa tahu ada yang perlu data itu, entah untuk sekedar informasi saja atau untuk perbandingan dengan pantai berbatu lainnya.
Di Balekambang sendiri, pantai berbatu-nya dapat dibedakan atas bagian yang terjal dan landai. Bagian terjal ini merupakan tebing vertikal pulau Ismoyo (pulau yang ada pura-nya itu) sedangkan bagian berbatu yang landai ada di sebelah barat pulau Ismoyo.
Pantai berbatu di Balekambang dihuni oleh sedikitnya 19 species Gastropoda, 1 species Bivalvia, 6 species Crustacea, 3 species Cirripedia, 1 species Reptilia, 2 species Echinoidea, species 1 Ophiuroidea, 1 species Holothuroidea, 1 species Corallimorphalia, 1 species Zoantharia, species 2 Scleractinia, 1 species Ascidia dan 2 species Aplacophora.



BAGIAN BATUAN TERJAL
Pada area ini, seperti halnya tipikal pantai berbatu, kondisi fisik berupa cekaman kekeringan dan panas yang ekstrem membentuk suatu pola zonasi makrofauna bentik yang jelas. Secara umum, sebaran makrofauna bentik dapat dibagi menjadi 3 zona yaitu zona atas (Saccostrea), zona tengah (Gastropoda) dan zona bawah (Ascidia). Penamaan zona-zona tersebut didasarkan atas jenis makrofauna bentik yang paling umum dijumpai di setiap zona.

Zona Saccostrea (atas)
Zona ini terletak pada area intertidal atas dimana hanya dijumpai sedikit vegetasi yang berupa alga filamen dan lumut, jarang dijumpai makroalga besar. Makrofauna bentik yang ada beradaptasi dengan sangat baik terhadap cekaman kekeringan dan panas, misalnya kerang Saccostrea cucculata, teritip Tetraclita squamosa, limpet Siphonaria sirius dan Patelloida sp serta teritip Lepas sp.
 Saccostrea cucculata

Area intertidal atas biasanya memiliki hantaman gelombang yang paling kuat sehingga semua species harus memiliki kemampuan untuk melekat kuat pada substrat. Saccostrea menempel dengan salah satu cangkang melekat pada substrat bebatuan, Tetraclita dan Cthamalus melekatkan diri pada batu dengan suatu lapisan mirip semen yang terdapat di bagian bawah cangkangnya. Lepas memiliki suatu tangkai yang mendukung cangkang, dimana pada bagian bawah tangkai tersebut juga terdapat lapisan perekat untuk melekat pada subtrat. Limpet termasuk Gastropoda, biota ini dapat melekat kuat pada substrat dengan menggunakan kakinya yang memiliki otot yang kuat. Untuk mengatasi cekaman kekeringan dan panas saat air laut surut, species-species tersebut juga dapat menutup cangkang dengan sangat kuat sehingga dapat meminimalisasi kehilangan air.

 Tetraclita squamosa

Sekalipun sama-sama menempati satu zona, terlihat perbedaan posisi di bebatuan antara Saccostrea dan teritip (Tetraclita dan Cthamalus), dimana teritip hidup di daerah yang lebih atas daripada Saccostrea. Ruang yang ada hampir sepenuhnya ditempeli oleh Saccostrea sehingga teritip tampaknya lebih memilih daerah diatas Saccostrea.

Zona Gastropoda (tengah)
Zona ini terbentang pada area intertidal yang tergenang saat pasang normal dan terpapar saat surut. Pada zona ini, makroalga seperti Ulva lactuca dan Sargassum spp tumbuh dengan subur. Selain itu juga dijumpai beberapa alga lain seperti Padina minor, Turbinaria dan Laminaria. Zona ini merupakan zona dengan kelimpahan dan keanekaragaman makrofauna bentik tertinggi. Makrofauna bentik yang umum dijumpai antara lain adalah Crustacea (Grapsus albolineatus, Metopograpsus latifrons, Neolimera sp, Carpilius convexus), Gastropoda (Littorina littorea, Trochus maculatus, Polinices mammilla, Turbo argyrostomus, Nerita albicilla, Nerita polita, Thais sp dan Mitra cardinalis) dan Aplacophora (Acanthopleura sp dan Chaetopleura sp). 
Semua species makrofauna bentik pada zona ini memiliki model adaptasi morfologi dan perilaku yang unik terhadap cekaman panas dan kekeringan. Gastropoda yang dijumpai umumnya memiliki pola warna yang cerah, beberapa yang lain memiliki cangkang yang berukir (sculptured). Cangkang yang cerah dan berukir diketahui menyerap cahaya dan panas lebih sedikit daripada cangkang yang gelap dan halus. Chiton Acanthopleura sp dan Chaetopleura sp berlindung pada celah-celah batu dan memiliki kemampuan melekat sangat kuat sehingga terlindung dari panas dan kekeringan.
Kepiting Grapsidae memiliki kemampuan berlari yang sangat cepat. Saat pagi, senja, atau saat suhu udara rendah, kepiting tersebut aktif mencari makan di permukaan bebatuan namun saat suhu tinggi, kepiting tersebut akan berpindah menuju lokasi yang lebih teduh dan terlindung.

Zona Ascidia (bawah)
Zona bawah merupakan zona subtidal yang selalu tergenang air sehingga faktor kekeringan dan panas bukan merupakan suatu masalah utama. Pada zona ini umum dijumpai berbagai jenis Gastropoda (Cymatium pileare dan Pleurobranchus forskali), Ascidia, Zoantharia (Palythoa sp), Coralliorphalia (Metarhodactis spp), Echinodermata (Ophiocoma dentata, Holothuria atra, Tripneustes gratilla dan Echinometra mathaei) Polychaeta (Chloeia sp), anemone (Anthopleura sp) serta hard coral dari genus Favia. 
 Echinometra mathaei

Metarhodactis dan Anthopleura hanya umum dijumpai di area-area yang terlindung dari sinar matahari langsung, misalnya di celah-celah dan bawah bebatuan. Sekalipun merupakan area subtidal namun saat surut zona ini tergenang dengan kedalaman kurang dari 50 cm sehingga efek panas dimungkinkan masih terasa. Oleh karena itu, Metharodactis dan Anthopleura lebih memilih untuk menempati area yang terlindung dari sinar matahari langsung. Pleurobranchia forskali memiliki pola warna yang cerah sehingga seakan-akan menunjukkan bahwa dirinya memiliki racun sehingga terhindar dari pemangsaan.
Selain zonasi makrofauna bentik  juga terjadi zonasi makroalga (vegetasi) pada area tebing batu sekitar pulau Ismoyo. Zona paling atas yang paling lama mengalami kekeringan (saat surut) ditumbuhi oleh alga Ulva lactuca, lumut dan makroalga filamen. Dibawahnya terbentang zona Sargassum spp, dimana species makroalga ini lebih memilih tumbuh di tempat yang selalu basah (meskipun tidak tergenang) dan terlindung. Paling bawah, pada area subtidal tumbuh berbagai jenis makroalga lain seperti Turbinaria sp, Laminaria sp, Actinotrichia spp, Padina spp dan Caulerpa spp. Selain itu Ulva lactuca juga tampak mendominasi di area ini sehingga secara keseluruhan tampak bahwa Ulva lactuca dapat hidup pada setiap zona (area). Sebaran Ulva lactuca pada tebing batu hanya dibatasi oleh sabuk Sargassum spp yang memisahkan antara zona atas dengan zona bawah.

BAGIAN BATUAN LANDAI    
Lokasi ini lebih landai dibandingkan dengan bagian pantai sebelumnya sehingga secara umum hanya dapat dibedakan menjadi dua zona utama yaitu zona atas (Littorina dan Cirripedia) dan zona bawah.

Zona Littorina dan Cirripedia (atas)
Zona ini terletak pada area intertidal atas. Substrat berupa bebatuan yang landai dengan banyak lubang dan cekungan. Makrofauna bentik dominan di zona ini adalah siput Littorina littorea, limpet Patelloida sp dan Siphonaria sirius, teritip Tetraclita squamosa dan Cthamalus sp serta chiton Acanthopleura sp. Siput Littorina dijumpai hidup lebih kearah atas daripada species lainnya sehingga mungkin memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap kekeringan dan panas. Di zona ini hanya terdapat sedikit Saccostrea cucculata.
Selain biota-biota tersebut diatas dapat dijumpai beberapa Gastropoda lain seperti Nerita albicilla, Nerita polita, Mitra cardinalis, Polinices mammilla, Nassa francolina dan Telasco limnaeformis serta Pictocolumbella ocelata. Seperti halnya di bagian terjal, Gastropoda di area ini sebagian besar memiliki cangkang yang cerah dan berulir untuk mengurangi panas. 
Lubang-lubang, celah-celah dan cekungan pada bebatuan akan terisi air pada saat surut dan menjadi semacam kolam pasang kecil yang merupakan tempat ideal untuk berlindung dari kekeringan dan surut. Pada tempat-tempat seperti ini dapat dijumpai berbagai jenis Gastropoda, kepiting kecil dan Chiton. Pada satu lubang kecil berdiameter 10 cm bahkan dapat dijumpai lebih dari 100 individu Littorina yang berkumpul untuk menghindari panas dan kekeringan.

Zona Bawah 
Zona ini terletak di area subtidal yang selalu tergenang. Pada zona ini umum dijumpai berbagai jenis Gastropoda (Cypraea moneta dan Turbo argyrostomus) Echinodermata (Ophiocoma dentata, Holothuria atra, Tripneustes gratilla dan Echinometra mathaei) Polychaeta (Chloeia sp), anemone (Anthopleura sp) serta hard coral dari genus Favia.
Berbeda dengan zona bawah pada transek 1, disini tidak dijumpai adanya anemon laut atau ascidia. sekalipun berada di zona subtidal, rendahnya permukaan air saat surut menyebabkan tekanan panas masih terasa dan tidak ada batuan besar untuk bernaung sehingga kurang cocok sebagai habitat bagi biota-biota tersebut.
Kebanyakan species motil yang ada bersifat nokturnal sehingga saat siang hari berlindung di bawah atau celah bebatuan, misalnya bulu babi Echinometra mathaei. Ancaman terbesar bagi makrofauna bentik di zona bawah kemungkinan adalah predasi (pemangsaan) sehingga beberapa jenis fauna mengembangkan suatu pola adaptasi perilaku yang unik. Bulu babi Tripneustes gratilla menutupi tubuhnya dengan daun-daun atau lembaran-lembaran makroalga sedangkan cacing Chloeia dan bintang mengular Ophiocoma akan segera masuk kedalam celah bebatuan bila merasa terancam.
Seperti halnya pada area yang terjal, terjadi zonasi makroalga dominan. Area berbatu di zona atas ditumbuhi oleh berbagai macam makroalga filament sementara zona bawah yang lebih tergenang ditumbuhi oleh Caulerpa spp, Actinotrichia spp dan Laminaria spp. Pada area landai jarang ditemui Ulva lactuca maupun Sargassum spp.     
Selain terbentuknya zonasi makrofauna bentik dan makroalga, terdapat hal lain yang menarik. Pada tebing dan bebatuan yang besar, sisi depan (seaward, sisi yang menghadap ke laut) dihuni oleh lebih sedikit makrofauna bentik dibandingkan dengan sisi yang membelakangi laut. Hal ini diduga disebabkan oleh tekanan gelombang, dimana sisi seaward mendapatkan tekanan gelombang yang paling besar dibandingkan sisi samping atau belakang bebatuan, sehingga lebih sedikit biota yang mampu menempel kecuali Saccostrea cucculata dan beberapa species Cirripedia.
Fenomena yang serupa juga dijumpai pada permukaan bebatuan yang horizontal (mendatar) di area landai. Pada bagian ini dijumpai lebih sedikit Gastropoda daripada sisi bebatuan yang vertikal atau miring (oblique). Permukaan samping Gastropoda memiliki luas area yang lebih besar, sehingga gelombang yang datang dari arah sisi samping akan memberikan tekanan yang lebih besar daripada gelombang yang datang dari sisi atas yang lebih streamlined. Tekanan dari samping akan membuat biota lebih sulit menempel atau merayap pada substrat bebatuan. 

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger