Setelah Karimunjawa, destinasi ngluyur saya berikutnya adalah pulau Menjangan, Bali. Terletak di baratlaut Bali dan merupakan bagian dari Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Pulau ini relatif mudah dijangkau; bila Anda di Bali, bisa nyebrang lewat Labuhan Lalang di Desa Sumber Kelompok, kecamatan Gerokgak, ± 55 km sebelah selatan kota Singaraja. Pulau Menjangan juga bisa dijangkau dari Banyuwangi, tinggal nyewa perahu dari pantai Watudodol trus nyebrang selat Bali. Tentunya perlu perahu dengan "double engine" atau perahu dengan PK yg gede biar bisa nyebrang, mengingat selat Bali arusnya lumayan kuat.
Karena waktu itu males lama-lama di jalan, saya dan rombongan memutuskan berangkat dari Watudodol, pake perahu dengan biaya sewa Rp. 500.000,- (bisa nego). Biarpun perjalanan lautnya agak lama (sekitar 1 jam), tapi ndak rugi karena justru bisa menikmati pemandangan bukit-bukit di TNBB. Biarpun istilahnya lewat "jalan belakang", tapi jangan lupa untuk lapor dulu ke pos jagawana TNBB. Lapornya di kantor resort Teluk Brumbun, tukang perahunya pasti tau dimana tempatnya.
Dive spot pertama di baratlaut pulau Menjangan. Disini ada wreck kapal jaman Belanda dulu, cuma pas nyelem gak sempat mampir ke wrecknya, soalnya udah terlanjur tertarik sama ikan-ikan karang yang sliweran di depan masker. Bicara soal ikan, di Menjangan diversitasnya luar biasa, ikan-ikan juga gampang didekati; udah biasa ketemu diver mungkin. Visibility oke banget, bisa 25-30 meter; jadi karang di kedalaman 30 meter bisa dilihat dari kedalaman 2 meter.
Macem-macem ikan bisa ditemui, mulai wrasse, Pomacentrid, kepe-kepe dll. Buanyak pokoknya..!!! Gampang juga ketemu sama schoolingnya trevally (Caranx spp) ato Naso (unicornfish).
Surface interval kami habiskan dengan makan, jalan-jalan dan tiduran di pulau Menjangan. Disekitar pulau umum dijumpai pohon setigi/santigi (Pemphis acidula), yang pohonnya cocok banget buat bonsai itu. Kayunya jg bernilai tinggi, bisa untuk ukiran, kerajinan dll. Di Karimunjawa, kayu setigi malah dianggap punya "khasiat" tertentu, seperti untuk terapi penyakit atau bahkan aura kewibawaan. Sekalipun setigi sangat menarik, tapi jangan coba-coba ngambil atau membawa pulang; bukan karena kualat, tapi lebih karena faktor konservasi. Spesies ini sudah tergolong jarang langka, jadi tentu akan lebih bijak dan bermartabat bila kita menjaga kelestariannya. Caranya ya itu, dengan tidak mengambil tanamannya dari alam, atau dengan cara tidak membeli produk-produk yang terbuat dari kayu setigi.
Dive kedua kami nyemplung di selatan pulau. Ndak perlu pakai perahu, cukup langsung terjun dari ujung dermaga kayu, langsung nyampe ke terumbunya. Visibility lebih rendah, mungkin karena arus yang relatif lebih lemah dibandingkan sisi utara pulau. Biarpun begitu, keanekaragaman biotanya ndak kalah sama terumbu di utara pulau. Bila beruntung, bisa ketemu sama flathead Cymbacephalus beauforti; ikan ini suka diem diatas pasir, dengan pola warna yang mirip banget sama tempatnya berada; jadi ya agak susah juga buat bedain si ikan dengan batu atau karang mati.
Di sisi selatan pulau ini, spongenya gede-gede, ada jenis Neopetrosia yang lebarnya sampe 2 meter. Beberapa jenis Nudibranchia dan flatworm (misalnya Pseudoceros) juga bisa ditemui. Ada juga macem-macem bintang laut, macam Echinaster luzonicus dan Choriaster granulosus.
Karena waktu itu males lama-lama di jalan, saya dan rombongan memutuskan berangkat dari Watudodol, pake perahu dengan biaya sewa Rp. 500.000,- (bisa nego). Biarpun perjalanan lautnya agak lama (sekitar 1 jam), tapi ndak rugi karena justru bisa menikmati pemandangan bukit-bukit di TNBB. Biarpun istilahnya lewat "jalan belakang", tapi jangan lupa untuk lapor dulu ke pos jagawana TNBB. Lapornya di kantor resort Teluk Brumbun, tukang perahunya pasti tau dimana tempatnya.
pos Teluk Brumbun, bisa lapor disini
Dive spot pertama di baratlaut pulau Menjangan. Disini ada wreck kapal jaman Belanda dulu, cuma pas nyelem gak sempat mampir ke wrecknya, soalnya udah terlanjur tertarik sama ikan-ikan karang yang sliweran di depan masker. Bicara soal ikan, di Menjangan diversitasnya luar biasa, ikan-ikan juga gampang didekati; udah biasa ketemu diver mungkin. Visibility oke banget, bisa 25-30 meter; jadi karang di kedalaman 30 meter bisa dilihat dari kedalaman 2 meter.
Macem-macem ikan bisa ditemui, mulai wrasse, Pomacentrid, kepe-kepe dll. Buanyak pokoknya..!!! Gampang juga ketemu sama schoolingnya trevally (Caranx spp) ato Naso (unicornfish).
schooling-nya Naso
Synodus variegatus menclok di tubir
Pygoplites diacanthus
Chromis dan anthias lagi arisan...
Surface interval kami habiskan dengan makan, jalan-jalan dan tiduran di pulau Menjangan. Disekitar pulau umum dijumpai pohon setigi/santigi (Pemphis acidula), yang pohonnya cocok banget buat bonsai itu. Kayunya jg bernilai tinggi, bisa untuk ukiran, kerajinan dll. Di Karimunjawa, kayu setigi malah dianggap punya "khasiat" tertentu, seperti untuk terapi penyakit atau bahkan aura kewibawaan. Sekalipun setigi sangat menarik, tapi jangan coba-coba ngambil atau membawa pulang; bukan karena kualat, tapi lebih karena faktor konservasi. Spesies ini sudah tergolong jarang langka, jadi tentu akan lebih bijak dan bermartabat bila kita menjaga kelestariannya. Caranya ya itu, dengan tidak mengambil tanamannya dari alam, atau dengan cara tidak membeli produk-produk yang terbuat dari kayu setigi.
pohon Pemphis acidula
bunga Pemphis acidula
Dive kedua kami nyemplung di selatan pulau. Ndak perlu pakai perahu, cukup langsung terjun dari ujung dermaga kayu, langsung nyampe ke terumbunya. Visibility lebih rendah, mungkin karena arus yang relatif lebih lemah dibandingkan sisi utara pulau. Biarpun begitu, keanekaragaman biotanya ndak kalah sama terumbu di utara pulau. Bila beruntung, bisa ketemu sama flathead Cymbacephalus beauforti; ikan ini suka diem diatas pasir, dengan pola warna yang mirip banget sama tempatnya berada; jadi ya agak susah juga buat bedain si ikan dengan batu atau karang mati.
Cymbacephalus beauforti
Di sisi selatan pulau ini, spongenya gede-gede, ada jenis Neopetrosia yang lebarnya sampe 2 meter. Beberapa jenis Nudibranchia dan flatworm (misalnya Pseudoceros) juga bisa ditemui. Ada juga macem-macem bintang laut, macam Echinaster luzonicus dan Choriaster granulosus.
Choriaster granulosus
Echinaster luzonicus