Kamis, 16 Juni 2011

Catatan Perjalanan 2: Pulau Menjangan

Setelah Karimunjawa, destinasi ngluyur saya berikutnya adalah pulau Menjangan, Bali. Terletak di baratlaut Bali dan merupakan bagian dari Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Pulau ini relatif mudah dijangkau; bila Anda di Bali, bisa nyebrang lewat Labuhan Lalang di Desa Sumber Kelompok, kecamatan Gerokgak, ± 55 km sebelah selatan kota Singaraja. Pulau Menjangan juga bisa dijangkau dari Banyuwangi, tinggal nyewa perahu dari pantai Watudodol trus nyebrang selat Bali. Tentunya perlu perahu dengan "double engine" atau perahu dengan PK yg gede biar bisa nyebrang, mengingat selat Bali arusnya lumayan kuat.

Karena waktu itu males lama-lama di jalan, saya dan rombongan memutuskan berangkat dari Watudodol, pake perahu dengan biaya sewa Rp. 500.000,- (bisa nego). Biarpun perjalanan lautnya agak lama (sekitar 1 jam), tapi ndak rugi karena justru bisa menikmati pemandangan bukit-bukit di TNBB. Biarpun istilahnya lewat "jalan belakang", tapi jangan lupa untuk lapor dulu ke pos jagawana TNBB. Lapornya di kantor resort Teluk Brumbun, tukang perahunya pasti tau dimana tempatnya.

pos Teluk Brumbun, bisa lapor disini


Dive spot pertama di baratlaut pulau Menjangan. Disini ada wreck kapal jaman Belanda dulu, cuma pas nyelem gak sempat mampir ke wrecknya, soalnya udah terlanjur tertarik sama ikan-ikan karang yang sliweran di depan masker. Bicara soal ikan, di Menjangan diversitasnya luar biasa, ikan-ikan juga gampang didekati; udah biasa ketemu diver mungkin. Visibility oke banget, bisa 25-30 meter; jadi karang di kedalaman 30 meter bisa dilihat dari kedalaman 2 meter.
Macem-macem ikan bisa ditemui, mulai wrasse, Pomacentrid, kepe-kepe dll. Buanyak pokoknya..!!! Gampang juga ketemu sama schoolingnya trevally (Caranx spp) ato Naso (unicornfish).


schooling-nya Naso


Synodus variegatus menclok di tubir


Pygoplites diacanthus


Chromis dan anthias lagi arisan...




Surface interval kami habiskan dengan makan, jalan-jalan dan tiduran di pulau Menjangan. Disekitar pulau umum dijumpai pohon setigi/santigi (Pemphis acidula), yang pohonnya cocok banget buat bonsai itu. Kayunya jg bernilai tinggi, bisa untuk ukiran, kerajinan dll. Di Karimunjawa, kayu setigi malah dianggap punya "khasiat" tertentu, seperti untuk terapi penyakit atau bahkan aura kewibawaan. Sekalipun setigi sangat menarik, tapi jangan coba-coba ngambil atau membawa pulang; bukan karena kualat, tapi lebih karena faktor konservasi. Spesies ini sudah tergolong jarang langka, jadi tentu akan lebih bijak dan bermartabat bila kita menjaga kelestariannya. Caranya ya itu, dengan tidak mengambil tanamannya dari alam, atau dengan cara tidak membeli produk-produk yang terbuat dari kayu setigi.


pohon Pemphis acidula


bunga Pemphis acidula




Dive kedua kami nyemplung di selatan pulau. Ndak perlu pakai perahu, cukup langsung terjun dari ujung dermaga kayu, langsung nyampe ke terumbunya. Visibility lebih rendah, mungkin karena arus yang relatif lebih lemah dibandingkan sisi utara pulau. Biarpun begitu, keanekaragaman biotanya ndak kalah sama terumbu di utara pulau. Bila beruntung, bisa ketemu sama flathead Cymbacephalus beauforti; ikan ini suka diem diatas pasir, dengan pola warna yang mirip banget sama tempatnya berada; jadi ya agak susah juga buat bedain si ikan dengan batu atau karang mati.

Cymbacephalus beauforti


Di sisi selatan pulau ini, spongenya gede-gede, ada jenis Neopetrosia yang lebarnya sampe 2 meter. Beberapa jenis Nudibranchia dan flatworm (misalnya Pseudoceros) juga bisa ditemui. Ada juga macem-macem bintang laut, macam Echinaster luzonicus dan Choriaster granulosus.

 Choriaster granulosus

Echinaster luzonicus

Rabu, 08 Juni 2011

Catatan Perjalanan 1: KARIMUNJAWA

Setelah sekian lama cuma bisa bermimpi alias berangan-angan, akhirnya saya bisa juga ngrasain sensasi menyelam di Karimunjawa. Maklum, pertama kesana tahun 2005, kunjungan kedua masih 2005 (cuma snorkeling aja.. ) n akhirnya kunjungan ketiga pada pertengahan tahun 2011 ini. Lumayan lama lah jedanya, tapi akhirnya kesampean juga yang di impikan. Hehehehe…

Hari pertama di Karimunjawa, isinya cuma jalan kaki muter2 pulau yg emang gak seberapa luas, mampir warung depan kantor kecamatan trus ngicipi pepes gonad cumi.. hehehehe.. boleh boleh boleh…

Hari kedua, dimulailah ekspedisi sebenarnya. Dive pertama di Gosong Cemara. Terumbu di lokasi ini berada pada kedalaman antara 2 – 18 meter, dengan kemiringan lereng antara 450 – 600. Visibility lumayan, antara 10 – 15 meter, arus low alias lemah. Pas di tubirnya, lifeform Acropora Branching paling dominan, diselingi oleh Coral Foliose, Coral Branching dan Coral Submassive. Lebih kebawah, lifeform karangnya makin bervariasi sampe akhirnya mentok di 18 meter. 

Ctenactis berbentuk bintang, baru ketemu di Karimunjawa

Tubir di Gosong Cemara, full Acropora Branching

Acropora Tabulate pecah, kemungkinan ulah kaki snorkeler 
 yang kecapean renang trus berdiri diatas karang


Dive kedua di barat pulau Menjangan Kecil. Disini, terumbu berada pada kedalaman antara 2 – 30 meter, jauh lebih dalam daripada di Gosong Cemara. Arus lebih lambat, visibility lebih rendah, kemiringan terumbu sama seperti di Gosong Cemara. Komposisi lifeform di tubir hingga dasar juga ndak beda jauh sama di Gosong Cemara. Sebenarnya ada satu spot diving yang cukup menarik di lokasi ini, yaitu wreck kapal kayu pengangkut genteng yang keleleb gara2 nabrak karang. Infonya, kapalnya masih utuh, tapi pas kesana ternyata kapalnya udah terbelah, gentengnya juga udah diambilin orang. Sekalipun cuma kapal kayu, sebenarnya obyek ini cukup menarik; macem2 ikan karang udah kerasan tinggal di wreck ini, sebagian body kapal juga udah ditumbuhi sama soft coral macam Dendronephtya; alga berkapur (coralline algae) juga udah banyak yang mulai tumbuh.

 Wreck kapal kayu pengangkut genteng. 
Lumayan lah buat hiburan


Hari ketiga, geser ke timur Karimunjawa, tepatnya di pulau Sintok. Perjalanan lumayan agak lama, ombaknya juga cukup bikin mual. Sintok airnya sedikit lebih keruh, arusnya juga lebih kuat dibandingkan Gosong Cemara ato Menjangan Kecil. Terumbu rata-rata di kedalaman 2 – 25 meter. Hal paling menarik disini adalah soft coralnya, gede2 and buanyak, cocok kalo disebut hutan soft coral. Jenisnya juga macem2, mulai Nephtya, Dendronephtya, Junceella, Subergorgia, Anthipates, Ctenocella, Ellisella, Echinigorgia, Xenia, dll.
 
 "Hutan" soft coral di Sintok
  

Hari ketiga dive kedua lokasinya di gosong kecil kembar di timur Menjangan Kecil. Gosongnya kecil aja, lebih kecil dari Gosong Cemara. Di site ini sponge-nya yang banyak, terutama Xestospongia. Kondisi air kurang bagus alias agak keruh, arus sangat lemah. Disekitar gosong banyak terumbu-terumbu kecil yang ditumbuhi karang, sponge dan soft coral.

 bintang laut Fromia monilis, umum dijumpai di Karimunjawa


Overall, meskipun kecerahan air agak kurang oke, Karimunjawa menawarkan sensasi dive yang beda dari lokasi-lokasi lainnya di Indonesia. Mungkin seorang penyelam akan mengatakan pulau Seribu lebih oke, atau Tulamben, Menjangan, Bunaken atau Raja Ampat lebih oke; tapi menurut saya,masing-masing spot diving memiliki keunikan sendiri-sendiri. Mau tau sensasinya Karimunjawa, datang aja kesana. Hehehe… (faridmuzaki)  

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger